Selasa, 14 Mei 2013

HUKUM GALAU DALAM ISLAM

Hukum Galau Dalam Islam

Bismillahirrahmanirrahim.

Bimbang atau yang sekarang ngetrend Galau merupakan suatu keadaan dimana jiwa dan raga tidak saling mengisi tetapi pikiran fokus pada satu tujuan yaitu pilihan.

Penyebab dari galau itu sendiri adalah diri sendiri yang terlalu fokus pada satu hal kecil tanpa memperdulikan hal yang sangat besar yang notabene wajib dan nomor satu.

Lantas apa hukumnya galau bagi seorang muslim?

"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang beriman." (QS. Ali Imran [3] : 139)

Lihat susunan dari ayat ini;

Lemah - Bersedih hati - Beriman.

Jika seseorang mengalami suatu keadaan lemah dan bersedih hati (galau) bukan berarti ia tidak beriman, tetapi imannya sedang turun.
dan jika seseorang itu Beriman, Imannya sudah tidak diragukan lagi, dia tidak akan mengalami suatu keadaan yang lemah, bersedih hati atau galau.

Kenapa begitu?

Tak bisa kita pungkiri, hal yang membuat kita galau pada dasarnya adalah hati kita yang gelap, terlalu mencintai dunia atau sesuatu yang abstrak.

Jika hati kita bersih, pikiran selalu berdzikir, selalu yakin kepada qada dan qadar Allah, kita tidak akan mengalami suatu keadaan galau.

Haram?
kalau begitu hukum galau bagi seorang Muslim itu Haram dong?

Kembali ke aqidah masing-masing,
saya tidak bisa menyimpulkan Haram atau Halal.

Saya yakin Anda bisa menyimpulkan hukum galau dari ayat yang saya paparkan di atas.

Semoga bermanfaat.

Wallahua'lam.

Kamis, 09 Mei 2013

DOSA STATUS FACEBOOK

*** Dosa Status Facebook ***

Al-Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali –rahimahullah- mengatakan dalam kitabnya yang bertajuk Bidayah Al-Hidayah (hlm. 137-138 beserta syarhnya Maraqi Al-‘Ubudiyyah karya Abu ‘Abdul Mu’thi Muhammad Nawawi)
و أما اليدان فاحفظهما عن أن... تكتب بهما ما لا يجوز النطق به، فإن القلم أحد اللسانين، فاحفظ القلم عما يجب حفظ اللسان عنه

“Adapun kedua tangan, maka jagalah dari menulis sesuatu yang tidak boleh diucapkan. Karena sejatinya pena merupakan salah satu dari dua lisan. Maka jagalah pena dari hal-hal yang harus dijaga oleh lisan.”

Dzun Nun Al-Mishri bersyair:
Tidak ada seorang penulis pun kecuali akan diuji
Apa yang ditulis kedua tangannya akan terus ada sepanjang masa
Maka, janganlah kau tulis dengan telapakmu,
kecuali sesuatu yang akan membuatmu senang kau lihat di hari Kiamat.”

Penulis Mirqah Ash-Shu’ud At-Tashdiq syarh Sulam At-Taufiq ila Mahabbatillah ‘ala At-Tahqiq (hlm. 132) menjelaskan, “Karena sesungguhnya pena meruapakan salah satu dari dua lisan. Karena sejatinya tulisan merupakan ungkapan lisan, sebagaimana kata ‘Ali Al-Nabtiti. Oleh sebab itu, Al-Ghazali berkata dalam Al-Bidayah, ‘Maka jagalah penamu dari hal-hal yang wajib dijaga oleh lisan.’”

Jadi, hati-hati dalam menulis! Tulislah hal-hal yang baik agar kelak Anda melihatnya dengan kegembiraan. Lain halnya jika Anda asal tulis seperti keluh kesah, caci maki, ghibah, namimah, dan semacamnya. Maka Anda akan menyesal dengan penyesalan yang besar!!!

Mudah-mudahan Allah melindungi kita dari seluruh keburukan...

Sumber: Renungan Al-Qur'an

NGERUMPI (HATI-HATI DOSANYA)

NGERUMPI (HATI-HATI DOSANYA)
--wanita wajib baca--
--laki-laki wajib mengingatkan--

Pembicaraan yang bathil (paling jelek) adalah pembicaraan maksiat, pembicaraan yang durhaka kepada Allah Ta'ala. Seperti menceritakan tentang perempuan, perkumpulan selebriti, dan sebagainya. Perkembangan di industri pertelevisian hari ini semakin menyadarkan kita bahwa ngerumpi telah menjadi gaya hidup dan kebiasaan masyarakat kita. Apabila sesuatu yang haram telah menjadi kebiasaan dan pelakunya merasa itu tidak haram, sungguh inilah kekejian yang besar.

Ngerumpi adalah pebuatan haram, yang akan membuat pelakunya tercela di sisi Allah. Ngerumpi tidak sekadar omong-omong, tetapi sering mengarah pada membicarakan orang lain. Anehnya, ada sebagian yang justru senang karena menjadi bahan pembicaraan orang lain, seakan dirinya telah menjadi isu publik dan perhatian.

Sudah maklum bahwa yang banyak melakukan perbuatan tercela ini adalah wanita. Mereka melakukannya di dapur, di arisan, dan juga forum-forum tidak formal, misalnya sambil nongkrong mencari kutu rambut. Wanita punya kebiasaan buruk ini. Bahkan, boleh jadi ngerumpi ini identik dengan wanita.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda terkait dengan kebiasaan kaum wanita yang gemar ngerumpi:

"Sesungguhnya, ada seseorang yang berbicara dengan ucapan yang Allah murkai, ia tidak menduga akibatnya, lalu Allah catat itu dalam murka Allah hingga hari Kiamat" (HR Ibnu Majah)

Disamping berdosa, ngerumpi juga tidak meningkatkan produktivitas kerja. Orang yang mengisi waktu luangnya dengan ngerumpi, berarti ia telah mengisi hidupnya dengan sesuatu yang tidak berguna. Wanita yang memiliki kebiasaan ini, pasti tidak bisa menghasilkan hasil kreativitas kepada publik. Ia hanya mengisi waktu luangnya dengan mengobrol sehingga tak ada perubahan hidup ke arah yang lebih baik.


sumber : www.facebook.com/pages/Cinta-dan-Persahabatan-dalam-Islam/115339901946?fref=ts